Jumat, 23 Februari 2018

komunikasi antar tenga kesehatan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli gizi, kesehatan masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat. Semua profesi tadi diwajibkan saling bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas profesinya masing-masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua profesi kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan. Semua jenis profesi harus mempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Perawat, bidan, dokter, dan semua profesi lain merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar. Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup praktek yang sesuai dengan aturan yang ada.


1.2  Rumusan Masalah
1)         Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif ?
2)         Bagaimana teknik komunikasi efektif di rumah sakit dan hubungan interpersonal ?
3)         Bagaimana komunikasi efektif antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya ?

1.3  Tujuan
1)         Untuk mengetahui pengertian komunikasi efektif
2)         Untuk mengetahui teknik komunikasi efektif sakit dan hubungan interpersonal
3)         Untuk mengetahui komunikasi efektif antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu faktor keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya seperti komunikasi di bidang pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan komunikasi yang terlibat sangat banyak, informasi yang dibutuhkan sangat banyak, serta menyangkut dengan emosi pasien/keluarga pasien, dan petugas kesehatan yang cukup tinggi.Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan informasi dan komunikasi yang efektif di rumah sakit menjadi hal menarik untuk dibahas.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Sederhananya,  komunikasi efektif..adalah..proses..komunikasi dimana..komunikan mengerti..apa..yang di sampaikan dan melakukan apa yang komunikator inginkan.

2.2 Teknik komunikasi efektif di rumah sakit dan hubungan interpersonal
Penatalaksanaan komunikasi efektif dilakukan dengan singkat, akurat, lengkap, jelas dan mudah dimengerti oleh penerima pesan akan mengurangi kesalahan sehingga meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berupa elektronik, lisan, atau tertulis. Pelayanan pasien dapat dipengaruhi oleh komunikasi yang tidak baik termasuk perintah lisan atau telepon untuk tata laksana pasien, atau komunikasi via telepon untuk nilai kritis pemeriksaan, dan komunikasi serah terima.
Pelaporan nilai kritis dari suatu uji diagnostik  merupakan suatu issue dalam keselamatan pasien. Untuk itu The Joint Commission Journal On Quality And Patient Safety pada tahun 2010 menyatakan bahwa petugas kesehatan yang menerima hasil nilai kritis secara verbal dari petugas kesehatan lain harus menuliskan informasi hasil/nilai kritis tersebut dan membacakan kembali informasi tersebut ke pemberi informasi dan pemberi pesan mengkonfirmasi bahwa yang ditulis dan di baca ulang oleh penerima pesan adalah benar. Informasi nilai kritis seringkali ditransmisikan melalui tulisan tangan, email, atau pesan teks yang dapat menimbulkan akibat serius jika terjadi kesalahan komunikasi, sehingga proses penyampaian pesan/instruksi/pelaporan hasil nilai kritis harus menggunakan komunikasi efektif secara verbal (lisan atau telepon) dengan Metode TBaK. Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan sistematis agar terhindar dari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan masalah. Salah satu metode komunikasi yang dapat digunakan saat serah terima pasien antar petugas kesehatan adalah SBAR. Metode SBAR memberikan kesempatan bagi para petugas kesehatan untuk bertanya dan berespon terhadap isi komunikasi yang terjadi.
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampainkan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikolog komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
1)      Tahap perkembangan hubungan interpersonal
a.       Tahap pembentukan
Sering disebut sebagai tahap perkenalan. Proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya.
b.      Tahap peneguhan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memlihara dan memperteguh hubunggan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada 4 faktorpenting dalam memelihara keseimbangan, yaitu :
1.      Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhhan akan kasih saying. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
2.      Kesepakatan, yaitu kesepakan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan  bagaimana.
3.      Ketepatan respons, respon A harus diikuti respon B yang sesuai. Seperti pertanyaa yang harus dijawab dengan jawaban, lelucon dengan tertawa.
4.      Nada emosional yang tepat, yaitu keserasian suasana emosional ketika berkomunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, teapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
c.       Tahap pemutusan
Meski kita dapat menyimpulkan jika empat faktor diatas (keakraban, kesepakatan, ketepatan respon, dan nada emosional yang tepat) tidak ada, hubungan interpersonal akan diakhiri, penelitian tentang pemutusan hubungan masih jarang sekali dilakukan. Meski begitu, kita dapat mengambil analisis R.D Nye (1973) dalam bukunya Conflict among humans, menyebut lima sumber konflik, yaitu :
a.       Kompetisi  : salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
b.   Dominasi    : salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasa hak-haknya dilanggar.
c.       Kegagalan : masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d.      Provokasi : salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e.       Perbedaan nilai : kedua belah pihak tidak sepakat dengan nilai-nilai yang mereka anut.
2.3 Komunikasi Antara Perawat Dengan Tenaga Kesehatan
1)Komunikasi..antara..Perawat..dengan..Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat..bekerja..dalam..bentuk..kolaborasi..dengan..dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga..begaimana..perawatan..diabetes..di..rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai..penyakit..pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan..dengan..baik..serta..mencapai..tujuan..yang..diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter  untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

2)Komunikasi..antara..Perawat..dengan..Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan..dengan..baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan..struktural..dan..hubungan..intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan..pelayanan..keperawatan. Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang..dilakukan..kepala..ruang..kepada..perawat..pelaksana…….merupakan..contoh..hubungan..strubktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

3)Komunikasi..antara..perawat..dengan..Ahli..terapi..respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.
Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.

Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4)Komunikasi..antara..Perawat..dengan..Ahli..Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau..dalam..pengembangan..sistem..pemberian..obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga..kesehatan..lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat..harus..berkonsultasi..pada..ahli..farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.

5)Komunikasi..antara..Perawat..dengan..Ahli..Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

3.2  Saran
            Demikianlah makalah yang kami buat ini, mudah – mudahan apa yang saya paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal mengenai komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal. Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang di harapkan dengan ini saya berharap masukan yang lebih banyak lagi dari guru pembimbing dan teman – teman semua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar